DIKJUT (pendidikan lanjutan) GUNUNG HUTAN ANGKATAN XX MPA. CAKRAWALABerdasarkan landasan gerak MPA. CAKRAWALA yaitu 4P (Petualangan, Penelitian, Pengabdian dan Prestasi), setelah diadakan Pendidikan Dasar (DIKSAR) maka perlu diadakan Pendidikan Lanjuntan Gunung Hutan (DIKJUT GUNUNG HUTAN). Sehubungan dengan program kerja KABID BADIKLAT MPA. CAKRAWALA yang akan mengadakan Pendidikan Lanjutan Gunung Hutan (DIKJUT GUNUNG HUTAN). Dalam kegiatan alam bebas ini sangat bermanfaat bagi Anggota Muda MPA. CAKRAWALA dan merupakan salah satu wujud petualangan.Dengan harapan kegiatan DIKJUT GUNUNG HUTAN ini akan semakin meningkatkan kemampuan jiwa petualang, jiwa berani dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam keadaan apapun dan sekaligus menambahkan rasa persaudaraan antar Anggota Muda untuk kedepannya
DIKJUT GUNUNG HUTAN
Comments 0
Event MPA.CAKRAWALA: Camping Ceria & Gladitama XIX
Oktober 24, 2015 |
Label:
kabar cakrawala
Upaya pengkaderisasian merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan sumber daya manusia yang peduli terhadap lingkungan
sekitar pada umumnya dan lingkungan gunung pada khususnya. Oleh karena itu kami
mengadakan OPEN RECRUITMENT dan dilanjutkan GLADITAMA XIX. kegiatan
tersebut rencana dilaksanakan pada bulan November 2015. Selain itu untuk
menyalurkan minat dan bakat kepetualangan kepada mahasiswa/i STIE Widya Wiwaha
Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin MPA. CAKRAWALA yang diadakan
setahun sekali dan akan diadakan dua kali dalam satu tahun apabila perlu.
GLADITAMA XVIII ini juga merupakan program kerja
pengurus MPA. CAKRAWALA periode 2015 – 2016, yang tidak jauh beda dengan
GLADITAMA sebelumnya yang dimulai dari penerimaan dan sampai dengan tahap
penyelesaian. Setelah itu juga diadakan tahap – tahap lagi yang harus ditempuh
oleh Anggota Muda itu sendiri dengan maksud untuk menambah kualitas,
kreatifitas dan kepekaan terhadap apa yang terjadi dilingkungan sekitar.
Meningkatkan jiwa berani dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam keadaan
apapun dan sekaligus menambahkan rasa persaudaraan antar Anggota Muda untuk kedepannya.
Event MPA>CAKRAWALA diantaranya yaitu:
akan dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu - Minggu
Tanggal : 14-15 November 2015 (Setelah UTS)
Tempat : Pantai Wohkudu Gunungkidul
HTM : 30K aja
Fasilitas
- Outbond ceria
- Api unggun
- Jagung Bakar
- Dome
- Ikan bakar
- Ilmu
dan Gladitama XIX (Pendakian Bukit Turgo)
Hari : Jumat s/d Minggu
Tanggal : 27-29 November 2015
Tempat : Bukit Turgo Merapi
Fasilitas
- Kaos kegiatan
- Topi
- Atribut menarik
- ilmu
- saudara baru
dan masih banyak lagi !
Tujuan kami mengadakan Camping ceria & Gladitama yaitu:
a. Untuk mengenalkan kegiatan MPA. CAKRAWALA kepada Calon
Anggota.
b. Mengkaderisasi Anggota baru.
c. Menumbuhkan rasa cinta alam.
d. dan manarik minat dan bakat para mahasiswa dalam dunia kepecinta alaman
e. Mengembangkan sumber
daya manusia di bidang kepetualangan
Informasi Pendaftaran
Dewi : 083840176459
Mvlyadi: 089728484867
"..One Earth
One Life
One chance
The World is ours to save.. "
See you there !
Ilmu Pengetahuan SAR Tingkat Dasar
Oktober 03, 2015 |
Label:
sar
Ilmu Pengetahuan SAR Tingkat Dasar.
I. PENGETAHUAN DASAR SAR
1. Pengantar SAR dan Filosofi SAR
2. Organisasi SAR
3. Organisasi Operasi SAR
II. MFR (MEDICAL FIRST RESPONDER)
1. Pengantar MFR dan Referensi Anatomi
2. Penilaian Korban
3. Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru
4. Perdarahan dan Syok
5. Cedera Jaringan Lunak dan Organ Dalam
6. Cedera Alat Gerak
7. Cedera Kepala, Tulang Belakang, dan Dada
8. Luka Bakar dan Kedaruratan Suhu/Lingkungan
9. Pemindahan Korban
III. EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)
1. Teknik Pencarian
2. Membaca Peta dan Navigasi Darat
3. Survival
4. Perlengkapan, Pakaian, Packing dan Makanan (PPPM)
IV. KOMUNIKASI SAR
1. Sistem Komunikasi SAR
2. Pengoperasian Radio
V. TEKNIK EVAKUASI DI DARAT
1. Safety Kerja Di Lingkungan Vertikal dan Abseilling
2. Penggunaan Peralatan dan Perawatannya
3. Pengetahuan Tali, Perawatan, dan Pembuatan Simpul
4. Anchoring dan Belaying
5. Ascend dan Descend
6. One Person Rescue Technique
7. High Angle Lowering (Inside & Overhead Anchor)
8. Lifting/Hauling System (Mechanical Advantage System)
9. Highline & Slope Evacuation
10. Teknik Dasar Pemanjatan
VI. PROSEDUR OPERASI HELLY
1. Karakteristik Helly dan Safety Rule
2. Helipad, Marshailing dan Teknik Rappeling
VII. PERTOLONGAN DI AIR
1. Persyaratan Personil Penolong Di Air
2. Metode Pertolongan Di Air
3. PFD (Personal Floating Device) dan Self Rescue
4. Akses Ke Korban dan Operasional Perahu Karet
5. Pengenalan Motor Tempel
6. Defends dan Release
7. Teknik Pertolongan/Penyelamatan
VIII. SARANA DAN PRASARANA
1. Rescue Truck dan Kendaraan Operasional Lainnya
2. Peralatan SAR Darat
3. Peralatan SAR Laut
4. Radio Komunikasi SAR
ORGANISASI DAN MANAJEMEN SAR
ORGANISASI SAR
Pengertian
SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti usaha untuk melakukan percarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap keadaan darurat yang dialami baik manusia maupun harta benda yang berharga lainnya.
Hakekat SAR
SAR merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara suka rela dan tanpa pamrih dan merupakan kewajiban moril bagi setiap individu yang terlatih untuk melakukan pertolongan terhadap korban musibah secara cepat, tepat dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya/potensi yang ada, baik sarana dan prasarana maupun manusia yang ada.
Perkembangan Organisasi SAR
Semenjak terbentuknya pada Tgl. 28 februari 1972 dan dalam perkembangannya, organisasi SAR telah mengalami beberapa kali perubahan yang di lakukan oleh pemerintah untuk lebih mengoptimalkan organisasi SAR. Adapun perubahan – perubahan yang pernah dilakukan adalah;
Keppres No. 11 Thn. 1972. di sebutkan bahwa BASARI ( Badan SAR Indonesia) mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari Pimpinan, Pusat Kordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Kordinasi Rescue, Sub–Sub Pusat Kordinasi Rescue serta Unsur – Unsur SAR.
Keppres No. 44 Thn. 1974. Di jelaskan antara lain bahwa PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) berada di bawah Departemen Perhubungan.
Keppres No. 28 Thn. 1979 . di jelaskan bahwa BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam).
Keppres No. 47 Thn 1979. PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional).
Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS di sertai pula dengan perubahan eselon dari eselon II menjadi eselon I atau setingkat Direktorat Jenderal. Dan untuk kelancaran tugas – tugas di lapangan, Menteri perhubungan telah mengeluarkan instruksi bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai kuasa ketua BASARI untuk tugas – tugas di lapangan.
BASARNAS
BASARNAS mempunyai tugas pokok untuk membina dan mengkoordinasikan semua usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR nasional dan Internasional terhadap manusia ataupun benda berharga lainnya.
Kantor Koordinasi rescue (KKR)
Mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan suatu koordinasi Rescue guna mengkoordinir semua unsur dan fasilitas SAR untuk kegiatan di wilayah tanggung
jawabnya.
jawabnya.
TINGKAT KEADAAN DARURAT
Dalam SAR dikenal adanya 3 tingkat keadaan darurat:
1. Inserfa
2. Destresfa
3. Alertfa
KOMPONEN SAR
Sebelum di aktifkannya suatu kegiatan operasi SAR, tentunya harus di dahului dengan adanya berita suatu musibah atau sesuatu yang menghawatirkan atau di khawatirkan akan terjadi musibah.
Penyelenggaraan operasi SAR akan berlangsung dengan baik bila di dukung oleh komponen – komponen SAR yang meliputi ; organisasi, fasilitas, komunikasi, medik dan dokumentasi.
1. organisasi
Organisasi dalam misi SAR akan dibentuk dalam jangka waktu tertentu demi kelancaran koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR yang ada hingga kegiatan menjadi efektif dengan hasil yang optimal. Organisasi ini akan bubar dengan sendirinya apabila operasi SAR telah dinyatakan selesai. Untuk itu perlu diketahui tugas dan tanggung jawab serta hubungan dari setiap unsur SAR.
1.
a. SC (SAR Cordinator)
Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan kewenangan yang di milikinya. Kemudian unsur-unsur ini diserahkan kepada SMC untuk di gunakan dalam operasi SAR.
1.
a. SMC (SAR Mission Coordinator)
Adalah pejabat yang di tunjuk oleh kepala BASARNAS/KKR karena memiliki kualifikasi yang di tentukan atau telah mengikuti pendidikan sebagai seorang SMC yang di akui.
SMC akan mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai akhir.
Tugas dan tanggung jawab SMC:
1. Mendapatkan informasi tentang musibah.
2. Mendapatkan informasi tentang cuaca.
3. Menentukan/membagi areal pencarian dan cara serta fasilitas yang akan di gunakan.
4. Mengadakan debriefing terhadap unsur-unsur SAR yang akan dilibatkan.
5. Mengevaluasi setiap perkembangan (berdasarkan data-data yang di terima).
6. Melaporkan kegiatan secara teratur ke BASARNAS/KKR.
7. Mengatur dropping perbekalan.
8. Mengadakan koordinasi dengan KKR tetangga bila areal pencarian tidak terbatas pada satu wilayah SAR saja.
9. Menyarankan penghentian pencarian bila di pandang perlu.
10. Membebaskan unsur SAR atau menghentikan kegiatan bila bantuan mereka tidak di butuhkan.
11. Membuat laporan akhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.
Pada umumnya pengendalian SAR di lakukan di KKR namun bila tidak memungkinkan, SMC dapat berpindah sementara ke daerah yang lebih dekat dengan lokasi operasi dan mengendalikan dari daerah tersebut.
c. OSC (On Scene Commander)
OSC adalah pejabat yang di tunjuk oleh SMC untuk melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan. Persyaratan pejabat OSC sama dengan persyaratan seorang pejabat SMC. OSC melaksanakan tugas sebatas yang di delegasikan kepadanya. Hal ini biasanya di lakukan bila lokasi pencarian sulit untuk di kendalikan secara langsung oleh SMC atau SMC merasa perlu adanya OSC untuk membantu kelancaran tugas-tugasnya.
d. SRU (Search And Rescue Unit)
SRU adalah unsur SAR yang di operesikan dalam kegiatan SAR dan mengikuti pentahapan penyelenggfaraan operasi. SRU dapat berasal dari berbagai organisasi/instansi yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan operasi SAR.
STRUKTUR ORGANISASI MISI SAR
SC >>> SMC >>> SRU atau SC >>> SMC >>> OSC >>> SRU
2. Fasilitas
Yang termasuk dalam fasilitas SAR adalah semua pendukung penyelenggaraan dalam kegiatan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok/organisasi masyarakat maupun perorangan. Jenisnya dapat berupa personil terlatih, kendaraan, alat komunikasi dll.
3. Komunikasi
Komukasi akan berperan dalam penyampaian informasi dari satu unit ke unit lainnya secara cepat dan akan lebih memudahkan dalam pengendalian operasi terlebih dalam keadaan emergency.
4. Pelayanan Darurat Medik
Dalam pelaksanaan operasi SAR sangat diperlukan adanya pelayanan darurat medik untuk memberikan pertolongan pertama bila ada korban yang membutuhkan sebelum di tangani oleh pihak yang lebih berkompeten. Pelayanan ini juga di butuhkan pada saat melakukan evakuasi dan mobilisasi korban.
5. Dokumentasi
Dokumentasi berguna untuk memberikan data dan keterangan serta analisa dari informasi misi SAR yang diterima termasuk mulai dari tahap kekhawatiran sampoai tahap konklusi misi, khususnya catatan baik secara tulisan atau visual. Ini merupakan bahan untuk evaluasi dan pedoman untuk kegiatan selanjutnya
SAR pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana maupun musibah lainnya.
Dari batasan pengertian dan hakekat SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah pelaksanaan operasi. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang mantap. Pembinaan SAR yang dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan/pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap unsur/sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang dipersyaratkan.
ARTI PENTING EKSISTENSI SAR
Pada dasarnya kegiatan SAR ini dilaksanakan oleh Negara-negara diseluruh dunia, oleh sebab itu pengaturan mengenai SAR telah disepakati juga dalam konvensi Internasional yang tentunya akan mengikat bagi Negara-negara yang telah meratifikasinya. Konvensi Internasional dimaksud adalah :
1. Adanya ketentuan dari ICAO (Internasional Civil Aviation Organization) yaitu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dalam Konvensi Chicago, 1944 pada Pasal VI tentang Internasional Standard and Recommended Practices Annex 12 “Search and Rescue”, antara lain berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan SAR yang meliputi organisasi, tugas, dan kerja sama dengan Negara-negara tetangga.
2. Adanya ketentuan dari IMO (International Maritime Organization) atau Organisasi Pelayaran Inernasional, sesuai dengan Konvensi SOLA (Safety of Live at Sea) 1974 yang menentukan bahwa Negara memiliki kewajiban untuk membentuk sistim pengawasan/penjagaan pantai dan melakukan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan di wilayah perairannya.
3. Dengan adanya ketentuan internasional yang bersifat mengikat tersebut, Negara wajib memiliki organisasi SAR yang mampu untuk menangani musibah penerbangan dan pelayaran di wilayah tanggung jawabnya sesuai dengan petunjuk teknis yang tertuang dalam IAMSAR Manual.
4. Apabila Negara tidak bisa memberikan pelayanan di bidang SAR, maka Negara yang bersangkutan dikenai status “Black Area” yang berpengaruh negatif terhadap aspek perekonomian, sosial politik, HANKAM, dan aspek-aspek lainnya, bahkan bisa dicabut dari keanggotaan ICAO & IMO.
FILOSOFI SAR
1.Locate.
Artinya memberikan gambaran yang kongkrit posisi/lokasi subyek yang mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang dan bujur pada peta.
2.Acces.
Artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini bisa sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.
3.Stabilize.
Artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di lokasi kejadian itu dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.
4.Transport/Evakuasi.
Artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi dari tempat mendapat pertolongan pertama ke tempat fasilitas medis terdekat.
SIFAT – SIFAT OPERASI SAR.
1.Kemanusiaan.
2.Netral.
3.Cepat, Cermat, Cekatan.
4.Tepat dan Aman.
5.Koordinatif.
6.Borderless.
KEMAMPUAN DASAR SAR
Sesuai dengan arti kata SAR yang berarti Search (Pencarian) dan Rescue (Pertolongan/Penyelamatan),maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis SAR serta beberapa disiplin ilmu sebagai penunjang/pendukung. Ilmu pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu pendukung yang dimaksud adalah :
1.Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR, dan lain-lain.
2.Unsur Pencarian (Search).
a.Teknik Pencarian di Darat.
b.Teknik Pencarian di Laut.
c.Teknik Pencarian dari Udara.
3.Unsur Pertolongan/ Penyelamatan (Rescue) :
a.Evakuasi.
b.Medical First Response.
4.Unsur Pendukung/Penunjang :
a.Navigasi.
b.Mountaineering.
c.Survival.
d.Komunikasi Lapangan.
e.Persiapan Perbekalan, Pakaian dan Makanan.
f.Helly Rescue.
KOMPETENSI DASAR TENAGA SAR.
1.Fisik yang prima dan sikap mental yang tangguh.
2.Memiliki pengetahuan yang cukup.
3.Memiliki keterampilan yang dipersyaratkan.
4.Mampu menjalin koordinasi dengan baik.
PENYELENGGARAAN OPERASI SAR
Dalam penyelenggaraan operasi SAR, akan dihadapkan dengan system SAR yakni adanya 3 (tiga) Fase keadaan darurat (Emergency Phase), 5 (lima) Tahap Operasi SAR (SAR Stage) dan 5 (lima) Komponen yang menunjang operasi SAR (SAR Component}.
1.Phase keadan darurat.
•Tingkat meragukan (Uncertainty phase – INCERFA), bila pesawat atau kapal terlambat melapor tiba di tempat tujuan melebihi batas waktunya.
•Tingkat mengkhawatirkan (Alert phase – ALERFA), merupakan kelanjutan dari phase INCERFA atau diketahui pesawat atau kapal dalam keadaan mengkhawatirkan atau adanya ancaman terhadap keselamatannya.
•Tingkat memerlukan bantuan (Distress phase – DISTRESFA) diketahui penumpang pesawat atau kapal dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan.
2.Tahap Operasi SAR.
•Tahap menyadari (Awareness Stage), yaitu saat diketahui/disadari terjadinya keadaan darurat.
•Tahap tindak awal (Initial Action Stage), saat dilakukan tindakan awal sebagai respon adanya musibah.
•Tahap perencanaan operasi (Planning stage), saat dilakukan rencana operasi yang efektif untuk melaksanakan operasi SAR.
•Tahap operasi (Operation stage), saat dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan.
•Tahap pengakhiran operasi (Mission conclusion stage), saat dinyatakan operasi SAR selesai dan seluruh unsur dikembalikan ke satuan masing-masing.
3.Komponen Penunjang SAR (SAR Component).
Pelaksanaan kegiatan SAR sesuai dengan pentahapan tersebut akan berhasil apabila didukung oleh adanya 5 komponen penunjang yang terdiri atas :
1.Organisasi.
Dalam lingkup operasi SAR dikenal organisasi operasi yang berlaku secara internasional. Organisasi ini merupakan organisasi tugas operasi yang terdiri dari :
•SAR Coordinator (SC).
SC adalah pejabat yang mempunyai tanggung jawab untuk menjamin dapat berlangsungnya suatu operasi SAR yang efisien dengan menggunakan seluruh potensi SAR yang ada. SC dapat dijabat oleh Kepala Basarnas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati Kepala Daerah Tingkat II.
•SAR Mission Coordinator (SMC).
SMC adalah seseorang atau pejabat yang ditunjuk oleh SC untuk melaksanakan koordinasi dan pengendalian operasi SAR. Seorang SMC harus memiliki kualifikasi / kemampuan komando dan pengendalian serta memahami proses perencanaan operasi SAR, teknik Search and Rescue. SMC biasanya menggunakan Sumber Daya Manusia di daerah kejadian.
•On Scene Coordinator (OSC).
OSC yang ditunjuk bisa lebih dari 1 orang, tergantung dari jumlah dan jenis unsur yang dikerahkan, terutama pada operasi SAR gabungan yang melibatkan darat, laut dan udara serta apabila lokasi operasi teletak di wilayah perbatasan 2 (dua) Negara. OSC ditunjuk oleh SMC dan biasanya diambil dari komandan unsur yang paling senior diantara SRU.
•SAR Unit (SRU).
SRU adalah unit-unit SAR yang bertugas melaksanakan kegiatan operasi SAR dilapangan. SRU dapat berupa kapal laut dan crewnya, pesawat dengan crewnya atau tim darat. Pemilihan SRU harus berdasarkan pada pertimbangan kemampuan unsure dan kualifikasi awaknya. Keberadaan potensi SAR yang ada di masyarakat yang memiliki kualifikasi untuk menunjang operasi SAR biasanya ditempatkan pada SRU ini.
2.Fasilitas.
Fasilitas SAR dapat merupakan fasilitas milik pemerintah, swasta maupun perorangan. Pemilihan fasilitas berdasarkan atas kemampuan operasional dan latihan serta pengalaman awaknya. Hingga saat ini Basarnas instansi yang menangani SAR di Indonesia masih banyak menggunakan fasilitas yang dimiliki TNI AU, TNI AL untuk mendukung kegiatan operasi SAR.
3.Komunikasi.
Komunikasi merupakan tulang punggung dari seluruh sistim SAR. Fungsi komunikasi meliputi pengindraan / diteksi dini, koordinasi, komando dan pengandalian administrasi / logistic. Dalam pelaksanaan fungsi peringatan dini ini Basarnas, instansi yang menangani SAR di Indonesia menggunakan satelit Cospas / Sarsat, khusus untuk menangani pesawat terbang yang membawa ELT (Emergency Locater Terminal) dan kapal-kapal laut yang membawa EPIRB (Emergency Positioning Indicator Radio Beacon). Lokasi stasiun Cospas / Sarsat disebut LUT (Lokal User Terminal) yang berada di Jakarta dan Ambon, menggunakan saluran teristrial dan radio yang berhubungan dengan ATC dan SROP. Untuk fungsi koordinasi terutama informasi data Basarnas menggunakan SAROIMS (SAR Operation Information Managemet System) dengan memanfaatkan teknologi V-Sat, yang dipasang di kantor-kantor SAR dan dihubungkan dengan kantor pusat. Fungsi kodal sebagian besar menggunakan peralatan komunikasi yang ada di unsur-unsur TNI. Untuk fungsi Administrasi Logistik digunakan saluran radio dan telepon dengan memanfaatkan faxsimili.
4.Perawatan Darurat (Emergency Care).
Perawatan darurat terlaksana dengan persyaratan kemampuan sebagai berikut :
•Personil SAR terlatih dalam penanganan darurat (Medical First Responder).
•Tersedia transportasi korban.
•Tersedia fasilitas medis untuk perawatan korban.
5.Dokumentasi.
Dokumentasi meliputi pencatatan informasi dan data dalam format tertentu sehingga memudahkan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan. Data-data yang tersusun dengan baik akan memudahkan pengambilan keputusan.
PELAKSANAAN OPERASI SAR
1.Operasi SAR diaktifkan segera setelah diketahui dengan pasti adanya
musibah atau terjadi keadaan darurat.
2.Operasi SAR dihentikan bila korban musibah telah berhasil diselamatkan atau bila telah dijakinkan keadaan darurat tidak terjadi lagi (Fase Alert) atau sudah dapat diatasi, atau bila hasil analisa / evaluasi berdasarkan Time Frame For Survival (TFFS) survivor/korban bahwa harapan untuk selamat setelah hari ke 7 (ketujuh) operasi SAR dilaksanakan sudah tidak ada lagi.
3.Opersai SAR merupakan gabungan kegiatan dari Operasi Search dan
Operasi Rescue yang pada pelaksanaannya dapat berupa :
a.Operasi Pencarian tanpa Operasi Pertolongan.
b.Operasi Pertolongan/Penyelamatan tanpa operasi pencarian.
c.Operasi Pencarian yang dilanjutkan Operasi Pertolongan.
Kegiatan Caving (Susur Goa) MPA.CAKRAWALA
Oktober 03, 2015 |
Label:
caving
Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan
seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang
penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman
tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas
karena gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah
kehidupan di sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk
? Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan
tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal
istilah “speleologi”. Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan
fisik alamaiahnya saja, tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua,
bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap
mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai
berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya,
jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.
1.
SPELEOLOGI
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua. Diambil dari kata-kata
yunani spelation = gua dan logos = ilmu. Namun gua tidak bisa berdiri sendiri,
tetapi terdapat struktur alam yang melingkupi. Jadi speleologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya.
Di indonesia ilmu ini berkembang tahun 1980-an. Sedangkan di inggris dan
jerman sudah dipelajari secar intensif mulai pertengahan abad 19. Sebelum
membicarakan speleologi lebih lanjut, harus kita ketahui defisi dari “gua “ itu
sendiri,
Proses Penambatan Pertama sebelum turun ke dalam Goa Branjang Parangndog) |
Proses Penambatan dalam kegiatan Susur Goa Branjang Parangdog |
Kegiatan Susur Goa Branjang |
Kegiatan susur goa dipandu dengan kak Dombret dari MAPALASKA |
Kegiatan susur goa dipandu kak dombret dari MAPALASKA |
Dikutip dari: http://mapalagreenfish.blogspot.co.id/
Kegiatan Panjat Tebing (Rock Climbing) MPA.CAKRAWALA
Oktober 03, 2015 |
Label:
Rock Climbing
Panjat Tebing atau
istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian
banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung
yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan
peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya
panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut
kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi
berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang
mengejar kepuasan pribadi,
Kegiatan Panjat Tebing (Rock climbing) Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang
mengutamakan kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik
menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan
memanfaatkan cacat batuan.
Kegiatan Panjat Tebing juga merupakan sebuah
tahapan Anggota Muda (AM) untuk menjadi Anggota Biasa (AB)
Biasanya Kegiatan Panjat tebing MPA.CAKRAWALA
dilakukan di tebing Parag ndog
Kegiatan Panjat Tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat Tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat Tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan panjat Tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat Tebing MPA.CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat tebing MPA,CAKRAWALA |
Kegiatan Panjat tebing MPA.CAKRAWALA |
Dikutip dari Wikipedia
Kegiatan Gunung-Hutan MPA.CAKRAWALA
Oktober 03, 2015 |
Label:
Gunung-Hutan
Gunung-Hutan
Aktivitas
Alam Terbuka ( Outdoor Activity ) seperti kegiatan Gunung
Hutan atau mendaki gunung dan penjelajahan hutan, adalah suatu kegiatan petualangan
yang penuh tantangan dan beresiko tinggi.
Kegiatan
alam bebas sangat bermanfaat bagi Anggota Muda MPA. CAKRAWALA,agar lebih peka
terhadap lingkungan disekitarnya dan agar menjadi insan yang berjiwa petualang.
Dan kegiatan ini juga kita juga dituntut untuk memiliki jiwa berani dan mampu
mengambil keputusan yang tepat dalam keadaan apapun dan sekaligus manambahkan
rasa persaudaraan antar anggota.
Kegiatan ini, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya
juangyang tinggi, dan untuk menghadapi kegiatan petualangan
yang mempunyai resiko tinggi, seseorang harus betul-betul mempersiapkan dirinya
seoptimal mungkin.
Bahaya
dan tantangan yang seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik
dari kegiatan petualangan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut
adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk dapat menyatu dengan
alam.Didalam kegiatan petualangan Gunung Hutan ada dua factor bahaya yang
mengancam keselamatan jiwa, yaitu; bahaya yang datang dari diri:
1.
Diri sendiri
atau (Objetive Danger )
2.
Bahaya yang tidak dapat diramalkan yang datang
dari alam itu sendiri (Subjective Danger).
Untuk
memperkecil bahaya dari kegiatan yang punya resiko tinggi, adalah menjadi
kewajiban bahwa subjective danger harus dibuat sekecil mungkin
bahkan kalau bisa dihilangkan.
Bentuk
Kegiatan dalam Gunung-Hutan MPA.CAKRAWALA
1.
Navigasi darat
2.
Mengukur Kerapatan
Hutan
3.
Meneliti Floura dan
Fauna
4.
Mengukur Debit Air
Navigasi Darat di Gunung Ciremai Jawa Barat |
Navigasi darat di Gunung Ciremai Jawa barat |
Kegiatan
alam bebas sangat bermanfaat bagi Anggota Muda Angkatan MPA. CAKRAWALA,agar
lebih peka terhadap lingkungan disekitarnya dan agar menjadi insan yang berjiwa
petualang. Dan kegiatan ini juga kita juga dituntut untuk memiliki jiwa berani
dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam keadaan apapun dan sekaligus
manambahkan rasa persaudaraan antar anggota.
Mengukur Kerapatan Hutan di gunung Ciremai |
Mengamati Flora dan Fauna Di Gunung Ciremai |
Ladang Edelwais gaes :D di Gunung Ciremai |
Penulisan Janji MPA.CAKRAWALA diPuncak Ciremai Jawa Barat |
Istirahat dulu gaesss :D |
Puncak Gunung Ciremai |
Puncak Gunung Ciremai |
Langganan:
Postingan (Atom)